Selasa, 10 Mei 2016

Jangan berfikir apa yang kita dapatkan, berfikirlah apa yang bisa kita berikan (pengabdian)


Sejak kehadirannya di sekolah 01-12-2004, membuat semua berubah. Bagaimana tidak? Dulu sekolah yang nampak kumal terutama wc, ruang kantor, dan sebagian halaman. Kini menjadi lebih bersih dan rapi.
Sebelum warga sekolah hadir, beliau sudah datang lebih awal. Tak ada yang mengawasinya, namun beliau bisa bekerja secara disiplin. Wajahnya selalu senyum saat bertemu orang lain, menyapa sambil memberi hormat tanda pengabdiannya. Kakinya lincah dan tangannya cekatan dalam setiap pekerjaan, sebuah bukti kesetiaan pada tugasnya.
Gajinya? Ah, jangan ngomong yang ini sudah tak layak untuk dipublikasikan. Beliau hanyalah seorang Guru Honorer yang ber SK Bupati. Anehnya setiap kali ada penjaringan sertifikasi beliau selalu gagal, padahal semua data beliau baik di Padamu Negeri dan Dapodik sudah valid sesuai TMT beliau pertama kali masuk ke lembaga 01-12-2004 dan sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru yang diangkat sebelum 30 Desember 2005 mengikuti sertifikasi guru melalui pola PF atau pola PLPG. Dari undang-undang itu seharusnya beliau memenuhi syarat untuk ikut penjaringan sertifikasi, namun sampai saat ini beliau masih juga belum masuk ke penjaringan sertifikasi, padahal sertifikasi itu mungkin merupakan harapan satu-satunya dari beliau seiring untuk menjadi PNS memang sangat sulit.
Sebut saja namanya bapak Hadi Jasmito. Ayah dua orang putri ini tanggung jawabnya memang sangat luar biasa. Putri pertama beliau dua tahun lalu lulus sekolah di SMK 2 Jember dan saat ini melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan putri kedua beliau tahun kemarin baru lulus Sekolah di SMK 2 Kraksaan. Pekerjaan sampingannya sebagai petugas kebersihan di lembaga kami, lebih jelasnya yaitu Guru yang merangkap sebagai petugas kebersihan. Selain merangkap menjadi petugas kebersihan bapak Jasmito juga sebagai pembina pramuka, beliau juga berjualan makanan ringan untuk anak-anak sekolah di lembaga kami, iya… Guru yang juga berjualan di sekolah itulah bapak Jasmito. Beliau juga mempunyai keahlian di bangunan/pertukangan jadi setiap kali lembaga ada kerusakan beliau lah yang bekerja. Selain itu, beliau tidak pernah bertanya berapa yang harus ia dapatkan. Rasa syukur dengan hasil kerja kerasnya adalah modal hidupnya yang berkah.
Ketika pulang dari sekolah, masih di atas motor tiba-tiba sosok bapak Jasmito mengelitik hati. Menampar perasaanku sangat keras hingga saya harus menuliskan semua ini. Bapak Jasmito dengan gaji yang tak seberapa bisa bekerja dengan disiplin dan ikhlas. Mengabdi dengan seluruh jasad dan jiwanya. Tak ada keluh kesah, tak ada iri, tak ada tuntutan gaji, dan hal negatif lain. Hasil dari kerjanya jelas dan bisa dinikmati banyak orang.

Timbul pertanyaan besar pada diri ini. Dengan gaji yang lebih besar, masih belum bisa seperti bapak Jasmito. Beliau begitu amanah dalam setiap tugasnya. Tak ada pekerjaan yang menjadi kewajiban, beliau kesampingkan begitu saja. Beliau mengerti benar hakekat tangung jawab sebuah amanah pekerjaan. Datang lebih awal sebelum jam kerja dan pulang sesuai jam kerjanya.
Bahkan hal yang paling aku takuti adalah hasil dari kerja saya belum nampak atau bahkan belum bisa dinikmati banyak orang. Uhhh, semakin takut jika nanti ditanya oleh-Nya di masa penentuan.
Terima kasih bapak Jasmito. Kerjamu membuat kami lebih mengerti tentang sebuah pengabdian. Hasil kerjamu begitu besar. Terima kasih sudah membantu kami untuk menjalankan roda pendidikan SD Negeri Ranuagung II ini. Semoga engkau lekas Sertifikasi dan bahkan bisa berstatus sebagai Pegawai Negeri. Amin…


(by rizal kurniawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERANDA

Pengikut